Rabu, 12 Maret 2008

paliative care

Tugas kelompok
Keperawaan Komunitas




KELOMPOK VIII

Sunardiana Rasyid
Surya Prihartini
Susana Simon
Wahyuni Arni
Evi Lusiana
Yuliana Sulaiman
Anita Bunga
Sofyan
Amliati Duriah



FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2007


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmatNya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat sebagai tindak lanjut dari tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas. Dalam kesempatan ini, kami mengangkat judul “Peran Perawat dalam Perawatan Plliative (palliative Care)”.
Mudah-mudahan makalah ini bisa menjadi bermanfaat bagi para tenaga kesehatan, khususnya adalah perawat yang memberikan perawatan palliative bagi pasien-pasien dengan penyakit terminal.
Akhir kata, kami selaku penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan konstribusinya. Kami mengharapkan kritiakan yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 20 Januari 2008

Penyusun











DAFTAR ISI

Lembar sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 : Pendahuluan
BAB II : Isi
I.1 Pengertian Palliative Care
I.2 Tujuan palliative care
I.3 Perkembangan Palliatif Care
I.4 Variasi Pasien
I.5 Prinsip-prinsip dalam Perawatan Palliatif Care
I.6 Perawat dalam Palliatif Care
I.7 Permasalahan dan Solusinya
I.8 Pandangan Kelompok Tentang Palliatif Care
BAB III : Penutup
Daftar Pustaka














BAB I
PENDAHULUAN
Terserang penyakit adalah hal yang manusiawi. Setiap orang sakit berusaha memperoleh kesembuhan dengan berbagai cara antara lain dengan meminta pertolongan dokter.Kemajuan IPTEK Kedokteran masa kini memang berkembang pesat, dan telah berhasil menekan morbiditas maupun mortalitas berbagai penyakit, namun penyakit masih tetap menjadi ancaman hidup dan tetap saja ada orang yang meninggal karena sakit. Dalam menghadapi penyakit gawat atau penyakit terminal seorang tenaga kesehatan dituntut secara profesional mampu menangani kasus-kasus tersebut ; dengan demikian bila saatnya tiba pasien gawat tersebut meninggal dengan tenang dan keluarganya dapat memahami situasi yang dihadapi. Pada akhirnya kematian tidak lagi dianggap sebagai kegagalan upaya pertolongan medik, namun dipandang sebagai stadium akhir pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Untuk itu, Salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang dokter yaitu kemampuan berkomunikasi dan memberikan informasi serta menjalin hubungan yang serasi dengan pasien maupun keluarganya Komunikasi yang lancar dan rasa empati serta altruisme yang mendalam dapat menolong dan meringankan beban orang sakit agar tidak merasa tegang dan takut.
Dalam makalah ini, kami lebih menekankan tentang bagaimana seharusnya seorang perawat menghadapi pasien dengan penyakit-penyakit terminal.









BAB II
ISI

I.1 Pengertian Palliative Care
Perawatan paliatif (palliative care) adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh, dengan pendekatan multi disiplin yang terintegrasi.
Perawatan palliative umumnya diberikan pada orang yang mengalami penyakit yang membatasi hidup, atau dengan kata lain penyakit yang tidak respon terhadap penangan kuratifdengan mempertimbangkan keluarga dan budayanya.
Pada awalnya, perawatan palliative ini hanya diberikan kepada pasien kanker yang secara medis sudah tidak dapat disembuhkan lagi, tetapi kini diberikan pada semua stadium kanker, bahkan juga pada penderita penyakit-penyakit lain yang mengancam kehidupan seperti HIV/AIDS dan berbagai kelainan yang bersifat kronis.

I.2 Tujuan palliative care
Tujuannya untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.
Jadi, tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit. Dan yang ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya.

I.3 Perkembangan Palliatif Care
Dari seminar keperawatan 2007 yang berjudul ”Home Care: Bukti Kemandirian Perawat”, meneyebutkan bahwa di negara maju, perawatan khusus bagi mereka yang akan segera meninggal merupakan kolaborasi antara keluarga dan para profesional, dan memberikan layanan medis, psikologis, social dan spiritual.
Pengobatan paliatif bermaksud mengurangi nyeri dan mengurangi symptom selain nyeri seperti mual, muntah dan depresi. Perawatan bagi mereka yang akan segera meninggal pertama didirikan di Inggris melalui lokakarya cicely Saunders di RS Khusus St. Christopher, RS khusus tersebut pindah ke AS pada thn 1970an. RS khusus pertama di AS adalah RS New Haven yang kemudian menjadi RS khusus Connecticut. RS tersebut kemudian menyebar ke seluruh Negara.
Sedangkan di Indonesia sendiri, perawatan paliatif baru dimulai pada tanggal 19 Februari 1992 di RS Dr. Soetomo (Surabaya), disusul RS Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais (Jakarta), RS Wahidin Sudirohusodo (Makassar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RS Sanglah (Denpasar)Pelayanan yang diberikan meliputi:
Rawat jalan
Rawat inap (konsultatif)
Rawat rumah, yaitu dengan melakukan kunjungan ke rumah-rumah penderita.
Day care, merupakan layanan untuk tindakan medis yang tidak memerlukan rawat inap, seperti perawatan luka, kemoterapi dll.
Respite care, merupakan layanan yang bersifat psikologis.
Untuk melaksanakan pelayanan yang optimal pada palliative care, dibutuhkan tim yang ideal. Terdiri dari Dokter dan Perawat RS, psikiater. Di Surabaya, tepatnya di RS Dr. Soetomo, perawatan palliative sudah berjalan dengan baik. Sedangkan di Makassar sendiri, hal tersebut belum begitu optimal.

I.4 Variasi Pasien
Dari literature, menurut Probosuseno sub.Bag Geriatri bagian Ilmu Penyakit Dalam, menyebutkan bahwapasien-pasien yang mendapat pelayanan perwatan palliative care antara lain:
Penderita lansia pasca rawat inap di RS yang masih memerlukan pelayanan, seperti penderita penyakit kronik multipatologi, mis: hipertensi,stroke, diabetes.
Kondisi terminal kanker (maligantis). Pada pasien kanker stadium lanjut yang akan berakhir dengan kematian, merupakan kesulitan psikososial yang besar jika mengalami derita seperti nyeri yang tidak tertanggungkan sampai akhir hayatnya. Saat ini pengelolaan nyeri cenderung dirawat di rumah perawatan khusus atau di rumah sendiri dengan pengawasan di RS (home care) karena lebih ekonomis, lebih manusiawidan memberikan lingkungan yang lebih familiar kepada pasien.
kondisi demensia, inkontinensia, ulkus dekubitus, ulkus diabetes.
kondisi kronik pada lansia
penderita dengan gejala fisik yang tidak khas seperti falls (roboh),malnutrisi, tidak mau makan dan nyeri.
penderita dengan gejala psikososial seperti depresi, kesepian, cemas.
penderita lansia yang tidak dirawat di RS yang memerlukan palayanan atas permintaan keluarga.

I.5 Prinsip-prinsip dalam Perawatan Palliatif Care
Menurut dr. Maria A. Witjaksono, dokter Palliative Care Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta, prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah sebagai berikut:1. Menghargai setiap kehidupan.2. Menganggap kematian sebagai proses yang normal.3. Tidak mempercepat atau menunda kematian.4. Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan. 5. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.6. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan pasien dan
Keluarga.7. Menghindari tindakan medis yang sia-sia.8. Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan kondisinya sampai akhir hayat.9. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita.

I.6 Peran Perawat dalam Palliatif Care
Peranan perawat dalam bagi pasien kronis dan stadium terminal atau pasien yang sedang dalam perawatan palliatif pastilah sangat dibutuhkan.
Hampir semua jenis pelayanan kesehatan dapat diberikan, antara lain:
Perawatan khusus, seperti pada penderita dekubitus, luka diabetes, inkontinensia, serta demensia.
Perawatan umum, yaitu dengan mambantu dan mendorong penderita agar mampu mandiri dalam ADL.
Pengobatan, seperti pemberian antibiotik atau obat-obat lain malalui suntikan-suntikan atau infus, pemberian makanan lewat NGT, pasang kateter urine, transfusi darah, pengobatan nyeri karena berbagai sebab, pengobatan simptomatis atau suportif terhadap penderita terminal.
Rehabitasi, baik itu rehab fisik pada penderita stroke atau rehab mental dan sosial.
Pencegahan, terutama terhadap kecacatan dan hambatan lain akibat sakitnya.
Promosi, yang dapat berupa penyuluhan, pendidikan terhadap keluarga penderita.

Sebagai perawat, tentu kita dapat membayangkan bagaimana perasaan penderita maupun keluarganya, pada saat mengetahui bahwa penyakit yang diderita sudah tidak mungkin lagi disembuhkan. Ada beberapa sikap yang terjadi dalam menghadapi kondisi cobaan berat seperti ini, bisa berupa penolakan, amarah, konflik batin, depresi, sampai dengan penerimaan atau pasrah akan takdir yang dialaminya.
Untuk itu perawatan yang diberikan tidak hanya untuk mengatasi keluhan-keluhan fisik yang dirasakan penderita saja, namun keluhan lain juga perlu menjadi perhatian seperti rasa sepi, rasa kesendirian, putus asa, rasa takut, cemas, was-was, rasa ingin dicintai serta suport.

I.7 Permasalahan dan Solusinya
Masalah-masalah yang dapat timbul atau yang sering dihadapi dalam perawatan palliatif, antara lain:
Terbatasnya pertolongan yang dapat diberikan.
Panggilan kunjungan yang tidak diperlukan
Keluarga pasien yang tidak kompak
Ketergantungan penderita dan atau keluarga.
kolaborasi terhambat, yang terjadi apabila pasien atau keluarga tida jujur, tidak terbuka, tidak terampil malu ataupun minder.
Adapun solusinya antara lain:
Penyediaan sarana dan prasarana yang cukup dari tim
Dibuat program atau rencana penangan sekaligus target yang diharapkan.
pemberian edukasi yang jelas, pembuatan program yang terpadu dan terarah
I.8 Pandangan Kelompok Tentang Palliatif Care
Menurut kami, dalam merawat pasien dengan prognosis buruk atau perawatan pasien dengan penyakit-penyakit terminal haruslah dilakukan dengan cara perawatan yang komprehensif. Maksudnya perawatan yang diberikan tidak hanya berupa pengobatan penyakit atau tindakan kuratif, tetapi juga meliputi penanganan terhadap pasien atau orang sakit dengan sentuhan kemanusiaan.
Untuk itu, seorang perawat yang melakukan perawatan palliative haruslah memiliki kemampuan berkomunikasi dan memberikan informasi serta menjalin hubungan yang serasi dengan pasien maupun keluarganya.
Adapun pelayanan yang diberikan pada pasien tidak berupa tindakan pengobatan, karena mungkin tidak ada lagi pilihan obat yang efektif, tetapi pelayanannya berupa pamberian asuhan untuk mengurangi rasa sakit, penanganan psikologis atau masalah spiritual.


















BAB III
PENUTUP

diare

Diare adalah
Berak Encer









Kekurangan cairan/Lemas
mengakibatkan



Kehabisan cairan
meninggal

















1. Segera Beri Banyak Minum

Dengan :
Cairan yang tersedia di rumah tangga seperti:
- Kuah sayur.
- Kuah sup.
- Air tajin.
- Air teh.
- Air matang.
- LGG.
Bila ada, beri oralit
Cara menyiapkan oralit
- Umur kurang dari satu tahun : ¼ - ½ gelas..
- Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas.
- Umur di atas 5 tahun : 1 – 1½ gelas.

Cara menyiapkan Oralit :
- Sediakan 1 gelas air
matang.
- Masukkan semua
bubuk Oralit, 200 ml
ke dalam gelas.
- Aduk sampai larut.
2. Teruskan Pemberian Makanan


Selama Diare :
Teruskan dan tingkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi yang masih menyusui.
Anak di atas 6 bulan, berikan makanan tambahan :
- Bubur dan sayuran.
- Sari buah segar.
- Beri makan lebih dari 6 kali/hari.

Setelah Diare :
Beri makanan lebih sering dari biasanya, selama 3 minggu.

Harus diperhatikan
Jangan beri makanan yang merangsang, seperti :
- Pedas.
- Terlalu asin atau.
- Asam.
Jangan berikan makanan yang sudah rusak/basi.

3. Mencari Pengobatan Lanjutan







Segera ke Puskesmas/Rumah Sakit, bila tidak membaik dalam 3 hari atau ada salah satu
tanda :
- Diare terus-menerus.
- Muntah berulang-ulang.
- Rasa haus yang nyata.
- Makan minum sedikit.
- Demam serta ada darah dalam tinja.



Peningkatan Kesehatan Perorangan Dan Lingkungan :
- Gunakan air bersih yang cukup.
- Cuci tangan dengan sabun dan air bersih.
- Berak di jamban.
- Buang tinja bayi di jamban.
Peningkatan Daya Tahan Tubuh melalui :
- Pemberian ASI.
- Pemberian makanan pendamping ASI.
- Imunisasi Campak.
















BEBAS DIARE

Beritahukan
Tetangga Anda
Tentang Pesan Ini






















Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
2005